pascalaubier.com

pascalaubier.com – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengambil langkah untuk membubarkan kabinet perang yang terdiri dari enam anggota. Keputusan ini diambil menyusul pengunduran diri Benny Gantz, sekutu berhaluan tengah dari pemerintahannya.

Menurut laporan dari Reuters dan Associated Press pada Selasa (18/6/2024), Netanyahu membubarkan kabinet tersebut pada hari Senin (17/6). Langkah ini telah banyak diperkirakan mengingat kepergian Benny Gantz, yang sebelumnya menjabat sebagai panglima militer dan merupakan tokoh penting dalam pemerintahan.

Pengunduran diri Gantz dari pemerintahan meningkatkan ketergantungan Netanyahu pada sekutu-sekutu ultra-nasionalis, yang secara historis menolak ide gencatan senjata dengan Hamas. Situasi ini diperkirakan akan menambah kesulitan dalam perundingan yang berlangsung untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama delapan bulan di Gaza, Palestina.

Kabinet perang tersebut awalnya dibentuk di hari-hari pertama konflik, saat Gantz masih menjadi pemimpin partai oposisi dan bergabung dengan koalisi Netanyahu. Keikutsertaan Gantz saat itu bertujuan untuk menunjukkan solidaritas nasional menyusul serangan Hamas di wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023. Gantz meminta pembentukan sebuah badan pengambil keputusan kecil yang akan mengarahkan upaya perang, sebagai cara untuk mengurangi pengaruh anggota-anggota sayap kanan dalam pemerintahan.

Kelompok ini terdiri atas Gantz, Netanyahu, dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Namun, kini dengan pembubaran kabinet perang ini, Israel dihadapkan pada keputusan-keputusan penting terkait masa depan konflik tersebut.

Israel dan Hamas saat ini sedang meninjau proposal terbaru untuk gencatan senjata yang akan melibatkan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas selama serangan. Sementara itu, kondisi di lapangan tetap tegang, dengan pasukan Israel masih beroperasi di Jalur Gaza, terutama di kota selatan Rafah, dan menghadapi perlawanan dari Hamas serta meningkatnya aktivitas di perbatasan utara dengan Lebanon.

Meskipun ada laporan tentang pembunuhan Mohammed Ayoub, seorang agen penting dari departemen roket dan rudal Hizbullah, oleh serangan pesawat tak berawak Israel, situasi di perbatasan tetap bergejolak. Militer Israel mencatat penurunan jumlah peluncuran roket dari Lebanon, dari lebih dari 200 pada hari Kamis sebelumnya menjadi hanya enam peluncuran dalam 48 jam terakhir.