pascalaubier.com

pascalaubier.com – Dalam konteks hubungan perdagangan global yang semakin kompetitif, Uni Eropa (UE) tengah mengintensifkan upaya penyelidikan terhadap impor barang dari Republik Rakyat China. Tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk memastikan bahwa semua produk yang masuk ke pasar Eropa dijual dengan kondisi yang adil dan tidak mendapatkan subsidi pemerintah yang tidak proporsional dari Beijing. Ini merupakan tindakan yang diambil menyusul catatan defisit perdagangan bilateral yang mencapai hampir 300 miliar euro, yang menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pemangku kebijakan Eropa.

Sebaliknya, pemerintah China menunjukkan kecurigaan terhadap impor beberapa produk mewah dari Eropa, termasuk cognac, dan mengisyaratkan bahwa lebih banyak produk mewah lain seperti mobil dan daging babi mungkin akan menghadapi pembatasan. Konflik ini juga meluas ke sektor otomotif, khususnya industri mobil listrik, dimana terjadi peningkatan signifikan dalam ekspor kendaraan listrik China ke Eropa, yang telah melonjak lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Terdapat kekhawatiran substantif di kalangan Uni Eropa bahwa pasar mereka dapat dibanjiri oleh kendaraan listrik dari China yang dijual dengan harga lebih rendah karena diduga kuat mendapatkan subsidi pemerintah. Uni Eropa berpendapat bahwa inisiatif keuangan yang besar-besaran oleh pemerintah China kepada produsen lokal telah menimbulkan kelebihan kapasitas produksi yang berpotensi mengganggu keseimbangan pasar global. Para ekonom internasional merekomendasikan bahwa Beijing seharusnya lebih mengarahkan fokusnya pada peningkatan permintaan domestik daripada mengekspor kelebihan produksi.

Uni Eropa telah memulai beberapa penyelidikan terhadap produk-produk manufaktur China, meliputi berbagai kategori dari pipa baja hingga bahan tambahan makanan. Hingga tahun ini, jumlah kasus yang sedang diselidiki mencapai 13. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen Eropa terhadap penerapan praktik perdagangan yang adil dan beretika. Namun, ini juga berpotensi memicu tindakan balasan dari China, sebuah scenario yang dapat memperumit lanskap politik global, terutama mengingat kemungkinan perubahan kepemimpinan politik di Amerika Serikat.

Kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Eropa dan pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa kedua pihak bertekad untuk mempertahankan hubungan yang stabil dan menghindari eskalasi menjadi perang tarif. Melalui dialog ini, kedua pihak mengaffirmasi komitmennya kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), mengejar pengurangan risiko dan mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada satu negara untuk menciptakan ekosistem perdagangan yang lebih seimbang dan berkelanjutan.