PASCALAUBIER – Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 telah menghasilkan deklarasi kemenangan oleh pasangan Pramono Anung dan Rano Karno. Meskipun mereka mengklaim telah memenangkan pemilihan dengan 50,07% suara dan berharap untuk menghindari putaran kedua, situasi ini tidak serta merta menghilangkan kecemasan di kalangan masyarakat dan pihak-pihak terkait.

Kecemasan Publik dan Partisipasi Pemilih

Salah satu sumber kecemasan adalah tingkat partisipasi pemilih yang rendah. Tim RIDO, salah satu pesaing utama Pramono-Rano, telah menyatakan protes terkait rendahnya partisipasi pemilih. Charles Honoris dari tim RIDO menyoroti bahwa partisipasi pemilih yang rendah dapat mempengaruhi legitimasi hasil pemilihan3. Rendahnya partisipasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa hasil pemilihan mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan keinginan mayoritas warga Jakarta.

Kritik dari Para Pengamat

Para pengamat politik juga menyuarakan kekhawatiran mereka. Wasisto Raharjo Jati dari BRIN mengkritik langkah Pramono-Rano yang mendeklarasikan kemenangan sebelum hasil resmi dari KPU diumumkan. Menurutnya, tindakan ini dapat mengganggu marwah KPU dan menciptakan ketidakpastian di kalangan publik618. Kritik ini menunjukkan bahwa deklarasi kemenangan sepihak dapat menimbulkan kecemasan dan ketidakpercayaan terhadap proses demokrasi.

Ketidakpastian Hasil Akhir

Meskipun Pramono-Rano mengklaim kemenangan dalam satu putaran, beberapa lembaga survei dan hasil hitung cepat menunjukkan bahwa margin kemenangan mereka tidak terlalu besar. Misalnya, hasil hitung cepat dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa Pramono-Rano meraih 51,03% suara, sementara Ridwan Kamil-Suswono memperoleh 38,8% suara13. Margin kemenangan yang tipis ini menimbulkan ketidakpastian dan kecemasan tentang kemungkinan adanya putaran kedua atau sengketa hasil pemilihan.

Dampak Psikologis dan Spiritual

Kecemasan yang muncul di tengah deklarasi kemenangan ini juga dapat dilihat dari perspektif psikologis dan spiritual. Kecemasan sering kali muncul sebagai respons terhadap ketidakpastian dan perubahan yang cepat. Dalam konteks spiritual, kecemasan dapat dianggap sebagai bagian dari perang spiritual yang terus-menerus terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Stres, keputusasaan, dan perasaan tertekan adalah beberapa dampak dari kecemasan ini.

Kesimpulan

Deklarasi kemenangan Pramono-Rano di tengah pemilihan Gubernur Jakarta 2024 telah menciptakan berbagai kecemasan di kalangan masyarakat dan para pemangku kepentingan. Kecemasan ini berasal dari rendahnya partisipasi pemilih, kritik dari para pengamat, ketidakpastian hasil akhir, dan dampak psikologis serta spiritual yang ditimbulkan. Meskipun Pramono-Rano mengklaim kemenangan, situasi ini masih memerlukan penanganan yang hati-hati untuk memastikan legitimasi dan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.